Selasa, 07 Agustus 2012

cerpen


Motivasi Sejatiku
Sebagai seorang pelajar, kewajibanku adalah belajar. Aku adalah  seorang siswa SMA yang sedang berjuang merintis jalan menuju cita-cita. Pejuanganku membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Baik dariku yang menjalani sekolah, maupun dari orangtuaku.
Terkadang aku malas, aku tidak mau belajar dan mengerjakan tugasku. Hingga pada saat ulangan aku tidak menguasai materi, dan aku kebingungan sendiri. Katika tugas harus dikumpulkan, tugasku malah tebengkalai dan aku telat mengumpulkan tugas.
Kemalasan itu,muncul jika aku sedang bertengkar dengan seseorang mungkin bisa disebut sebagai pacarku. Namun, terkadang dia mampu menyemangatiku. Dia adalah teman satu kelasku. Dia duduk hanya berjarak dua meja dari tempat dudukku. Bila hubungan ku sedang baik, semangatku dalam belajar meningkat karena termotivasi si dia. Aku sering mengerjakan tugas dan PR bersama.
Suatu hari, dia bersikap berbeda padaku. Dia sangat cuek padaku. Aku pun, bertanya padanya mengapa dia bersikap seperti itu padaku. Dia malah pergi, melangkah menjauhiku.
Setelah beberapa hari, akhirnya aku mengetahui mengapa dia bersikap seperti itu padaku. Ternyata dia telah memiliki pacar baru. Betapa kacaunya perasaanku, apalagi besok mau UAS. Semangat belajar ku menurun drastis. Aku terlalu larut dalam kesedihan, hingga aku tidak mempersiapkan diri untuk besok.
Aku menjalani UAS dengan  tidak ada persiapan sedikitpun, aku malas belajar. Setalah selesai UAS, aku menyesal karena sikap ku seperti itu. Namun, penyesalan itu tidak berguna, aku hanya tinggal menunngu dibagi buku rapor yang berisi nilaiku yang kacau.“bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan semua ini?” timbul rasa takut di hati.
Hari yang aku takuti tiba, ayahku  berangkat ke sekolah untuk mengambil buku raporku. Hatiku berdebar-debar menunggu ayah.
Ketika sampai di rumah, aku di sidang. Aku sangat tegang, aku takut. “mengapa nilaimu turun?” Tanya ayah padaku. Aku tidak bisa berkata-kata, aku gugup. “mengapa nak?” Tanya ibu.”apakah ada sesuatu yang kurang dari kami, hingga kamu tidak bersungguh-sungguh?”kata ayah.”ti…tidak ayah? Jawabku.”lalu kenapa kamu mengacewakan kami?”kata ibu.”padahal kami sudah berusaha memberi yang terbaik untukmu” jelas ayah.”ma’afkan aku,ayah,ibu…. Sebenarnya aku penah berpacaran dan karena aku putus aku jadi tidak semangat belajar. Aku janji aku tidak akan menyimpang lagi, aku akan bersungguh-sungguh dalam belajar”penjelasanku pada ayah dan ibu.
Setelah itu,aku mengintrospeksi diri dan aku berusaha untuk tidak mengecewakan mereka lagi. Pengorbanan mereka dan kasih sayang kepadaku, serta semangat yang selalu mereka beri ternyata adalah motivasi yang sejati. Perjuangan mereka untukku akan salalu memotivasiku saat aku mulai putus asa dan mulai terjebak dalam kemalasan.
Aku akan membuka lembaran baru dalam hidupku. Aku akan berjuang untuk menjadi lebih baik dan aku akan bersungguh-sungguh dalam belajar demi meraih cita-cita. Kelak aku ingin membahagiakan orangtuaku karena aku mampu menjadi orang yang sukses dan berbudi baik. Aku sangat mencintai mereka, sekarang  cintaku akan kuberi pada mereka sebagaimana mereka mencintaiku.