Motivasi Sejatiku
Sebagai
seorang pelajar, kewajibanku adalah belajar. Aku adalah seorang siswa SMA yang sedang berjuang merintis
jalan menuju cita-cita. Pejuanganku membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit.
Baik dariku yang menjalani sekolah, maupun dari orangtuaku.
Terkadang
aku malas, aku tidak mau belajar dan mengerjakan tugasku. Hingga pada saat
ulangan aku tidak menguasai materi, dan aku kebingungan sendiri. Katika tugas
harus dikumpulkan, tugasku malah tebengkalai dan aku telat mengumpulkan tugas.
Kemalasan
itu,muncul jika aku sedang bertengkar dengan seseorang mungkin bisa disebut
sebagai pacarku. Namun, terkadang dia mampu menyemangatiku. Dia adalah teman
satu kelasku. Dia duduk hanya berjarak dua meja dari tempat dudukku. Bila
hubungan ku sedang baik, semangatku dalam belajar meningkat karena termotivasi
si dia. Aku sering mengerjakan tugas dan PR bersama.
Suatu hari,
dia bersikap berbeda padaku. Dia sangat cuek padaku. Aku pun, bertanya padanya
mengapa dia bersikap seperti itu padaku. Dia malah pergi, melangkah menjauhiku.
Setelah
beberapa hari, akhirnya aku mengetahui mengapa dia bersikap seperti itu padaku.
Ternyata dia telah memiliki pacar baru. Betapa kacaunya perasaanku, apalagi
besok mau UAS. Semangat belajar ku menurun drastis. Aku terlalu larut dalam
kesedihan, hingga aku tidak mempersiapkan diri untuk besok.
Aku
menjalani UAS dengan tidak ada persiapan
sedikitpun, aku malas belajar. Setalah selesai UAS, aku menyesal karena sikap
ku seperti itu. Namun, penyesalan itu tidak berguna, aku hanya tinggal menunngu
dibagi buku rapor yang berisi nilaiku yang kacau.“bagaimana aku harus
mempertanggungjawabkan semua ini?” timbul rasa takut di hati.
Hari yang
aku takuti tiba, ayahku berangkat ke
sekolah untuk mengambil buku raporku. Hatiku berdebar-debar menunggu ayah.
Ketika
sampai di rumah, aku di sidang. Aku sangat tegang, aku takut. “mengapa nilaimu turun?”
Tanya ayah padaku. Aku tidak bisa berkata-kata, aku gugup. “mengapa nak?” Tanya
ibu.”apakah ada sesuatu yang kurang dari kami, hingga kamu tidak
bersungguh-sungguh?”kata ayah.”ti…tidak ayah? Jawabku.”lalu kenapa kamu
mengacewakan kami?”kata ibu.”padahal kami sudah berusaha memberi yang terbaik
untukmu” jelas ayah.”ma’afkan aku,ayah,ibu…. Sebenarnya aku penah berpacaran
dan karena aku putus aku jadi tidak semangat belajar. Aku janji aku tidak akan
menyimpang lagi, aku akan bersungguh-sungguh dalam belajar”penjelasanku pada
ayah dan ibu.
Setelah
itu,aku mengintrospeksi diri dan aku berusaha untuk tidak mengecewakan mereka
lagi. Pengorbanan mereka dan kasih sayang kepadaku, serta semangat yang selalu
mereka beri ternyata adalah motivasi yang sejati. Perjuangan mereka untukku
akan salalu memotivasiku saat aku mulai putus asa dan mulai terjebak dalam
kemalasan.
Aku akan
membuka lembaran baru dalam hidupku. Aku akan berjuang untuk menjadi lebih baik
dan aku akan bersungguh-sungguh dalam belajar demi meraih cita-cita. Kelak aku
ingin membahagiakan orangtuaku karena aku mampu menjadi orang yang sukses dan
berbudi baik. Aku sangat mencintai mereka, sekarang cintaku akan kuberi pada mereka sebagaimana
mereka mencintaiku.