Senin, 09 Maret 2015

Matahari, Bulan dan Bintang


Aku adalah bulan yang mendambakan matahari. Sinarnya yang hangat membuatku terang di malam hari. Aku tak bisa berada di sisinya. Bila aku memaksa, aku pudar oleh sinarnya. Mataharipun sama, ia ingin aku bersamanya. Namun, bagaimana mungkin?
Sampai akhirnya bintang datang. Dia bersinar bersamaku di waktu malam. Aku yakin dengan berat, bahwa matahari mempercayakannya untukku. Awalnya aku tak bisa menerima. Aku sengaja bersembunyi di balik awan. Aku tak mau muncul. Tapi bintang tak pernah kecewa, ia tak menyerah.
Perlahan hatiku bergeser, aku keluar dari persembunyianku. Sekarang aku bersama bintang. Bersamanya aku menghiasi malam. Dan di kejauhan, ada matahari yang selalu bersinar untukku. Matahari, perhatiannya dalam diam, padaku sang bulan yang kini bersama bintang. Begitu pilukah kisah ini? Tapi aku tetap mengharapkan kebahagiaan.
…………………….
Bulan bersinar terang, bulat penuh di malam purnama. Gadis itu terpaku menatap langit di jendela kamarnya. Bisikan hati menggerakkan  telunjuknya untuk merangkaikan nama sang pujaan hati pada bintang-bintang.
“S-U-R-Y-A…..”dia mengeja dengan pasti.
Kemudian, dia terdiam. Matanya terpejam, dalam lubuk hatinya masih ada setitik harapan. Tiba-tiba ia tersentak.
“Ada panggilan masuk.”
Segera ia meraih hpnya di kasur. Ternyata telepon dari Bintang.
“Assalamualaikum,”
“Wa’alaikum salam,” jawab Bintang.
“Ada apa Bintang?”
“Tidak apa-apa, kamu lagi apa Bulan?”
“Aku lagi mau tidur nih. Kalo kamu?” jawab Bulan bohong.
“Habis makan, jam segini kok udah mau tidur? Lagian besok kan hari libur.” Bintang heran.
“Yeey, gak apa-apa kelez! Kalo udah ngantuk ya gimana lagi? Hahahahahha!” jawabnya riang.
“Oh gitu ya? Ya udah, selamat tidur aja! Besok kamu ada acara gak? Aku boleh main ke rumah gak?” tanya Bintang.
“Iya, gak ada kok.” jawab Bulan singkat.
“Oke deh, assalamualaikum.”
“Wa’alaikum salam,”
“Tut, tut, tuuut…..” telepon mati.
………………………..
Bintang, lelaki itu sejak dulu memang selalu perhatian kepada Bulan. Tak seharipun berlalu tanpa telepon atau sms darinya. Dia selalu ada, dan ketika bulan bersedih dia selalu ada untuk menghiburnya.
Tetapi Bulan tak pernah memandangnya, bagi Bulan yang selalu ada dalam matanya adalah Surya. Surya yang seharusnya membuat bulan bersinar, memberikan bulan cahaya yang terang dan mengembangkan senyum di wajahnya. Surya justru membuat Bulan redup, membuat Bulan malu hingga bersembunyi di balik awan, tapi Bulan tetap menyukainya. Karena Bulan tahu, Surya juga menyukainya.
Namun, Surya tak  mampu menggapai bulan. Bulan tak mampu bersinar bersama Surya. Mereka tak bisa bersama.
Walaupun Bulan tahu kenyataannya, Bulan tetap bertahan. Bulan mencoba menggapai Surya. Berkali-kali dia menyerah dan kemudian berharap lagi. Sakit dan perih mempertahankan harapan kosong, tanpa menyadari yang selalu ada adalah Bintang.
………………………
“Deg!” hatinya tersentak.
Bulan tersadar dari lamunan. Jantungnya deretak kencang seolah ingin menyadarkannya dari dunia mimpi.
“Bintang….” ucapnya lirih sembari memegang dada kanannya.
“B-I-N-T-A-N-G!” kali ini Bulan mengeja bukan Surya lagi. Wajahnya merona.
Bintang-bintang di langit bersaksi untuk lukisan nama seseorang yang membuat jantung Bulan bergetar lagi. Akhirnya setelah sekian lama, Bulan mengalihkan pandangannya kepada Bintang.
Tak sabar Bulan menunggu hari besok, ia segera tidur. Bulan ingin bertemu dengannya.
……………………….
Di pagi yang cerah, Bulan terbangunkan sinar matahari yang mengintip dari jendela kamarnya. Hangat. Dengan malas dia beranjak dari tempat tidur.
Seperti biasa, di waktu libur dia membantu ibunya beres-beres rumah.
“Bulan, sarapan dulu!” perintah Ibu.
“Iya bu sebentar lagi, aku mau jemur baju dulu.” jawabnya.
Nasi goreng kesukaan Bulan sudah siap. Setelah selesai menjemur pakaian, Bulan sarapan bersama Ayah dan Ibunya.
“Ayah hari ini libur. Nanti ayah mau pergi ke sawah.” kata Ayah.
“Ibu nanti juga ikut Ayah, kamu jaga rumah ya!” tambah Ibu.
“Iya bu, nanti Bintang mau main ke rumah. Nanti sekalian aku mau minta diajarin tugas.”
“Ada tugas apa Bulan?” tanya Ayah.
“Tugas matematika yah, ada soal yang lumayan susah.”
“Oh begitu, habis sarapan Ayah dan Ibu mau berangkat ya?” kata Ayah.
“Iya, aku juga mau mandi. Takut Bintang ke sini aku masih kucel. Kan malu! hehe”
“Ya udah, makannya cepet! Terus mandi!” kata Ibu meledek Bulan.
Bulan hanya tersenyum.
………………………
Ayah Bulan bekerja sebagai guru SD di kampungnya dan Ibunya adalah seorang guru TK. Ketika ada waktu luang seperti di hari libur, mereka mengurus sawah mereka. Karena masyarakat di desa mayoritas menggarap sawah seperti mereka.
………………….
Sekarang Bulan sudah mandi. Ketika dia sedang menjemur handuk di samping rumahnya, ia melihat Surya.  Bulan merasa aneh. Surya menyapanya dan Bulan hanya tersenyum.
“Aku boleh main ke rumah?” tanya Surya.
“…………..” Bulan diam.
“Boleh tidak?” tanyanya lagi.
“I…iya, boleh kok! Haha…” Bulan mencoba untuk bersikap biasa.
“Aneh, ajaib sekali Surya mau main ke rumah. Dapet keberanian dari Superman kali ya?.” batin Bulan.
Bulan mengajak Surya ke ruang tamu dan menyuguhkan teh hangat. Kemudian, Surya membuka percakapan mereka.
“Maaf Bulan, bila aku mengganggu waktumu.” kata Surya canggung.
“Tidak kok.” jawab bulan singkat.
“Aku senang melihatmu dalam keadaan sehat, dan sepertinya kamu sedang bahagia. Oh iya, Ayah dan Ibumu kemana?”
“Mereka sedang pergi ke sawah. Ada apa?”
“Tidak.”
“Maksudku, ada apa kamu ke rumah?”
“Oh…… jahat sekali aku bertanya begitu! Aduh, bagaimana ini? Tapi, jantungku kok tidak berdebar seperti biasa, sikapku juga cukup tenang. Aku tidak lagi salting. Tapi di mataku dia masih terlihat istimewa.” Batin Bulan.
“Aku hanya ingin bersilaturahmi denganmu sebagai seorang sahabat.”
Hati Bulan tersentak mendengar ucapan darinya.
“Drrrrrrrtt ddddrrrrrrttt drrtt……” Hp Bulan bergetar.
“Bintang….” Ucap Bulan lirih.
“Bintang, aku hampir lupa kalo dia mau main ke rumah.” Batinnya.
“Assalamualaikum….” Suara Bintang di telepon.
“Waalaikum salam….”
“Sekarang aku ke rumahmu ya?”
“………..” Bulan diam.
“Halo bulan? Aku ke rumahmu sekarang ya?” Tanya Bintang lagi.
“Iya….”
“Ya, aku ke sana.”
“tut tuut tuuuut……….”
Bulan diam, dia menatap Surya.
“Bintang? Ada apa?” tanya Surya bingung.
“Dia mau ke sini.”
“Bintang mau ke sini? Kalo begitu aku pulang dulu.” kata Surya.
“Kenapa? Kamu tiba-tiba mau pulang? Tunggu Bintang dulu, sebentar lagi dia datang.”
“Maaf, aku lupa kalo aku harus menjemput Kakakku di terminal. Sebentar lagi dia sampai.” jelas Surya.
“Oh begitu…”
“Aku pulang dulu ya… Assalamualaikum.”
“Wa’alaikum salam.”
Ketika Surya keluar dari pintu, Bintang sudah ada di depan rumah Bulan. Bintang menatap Surya, Surya menatap Bintang, Bulan menatap mereka. Semuanya terdiam.
Kemudian Surya tersenyum kepada Bintang dan melangkah pergi. Bintang pun membalas senyumanya. Sekarang hanya ada suasana canggung antara Bulan dan Bintang. Mereka masih terdiam.
“Ayo masuk!” ajak Bulan.
Ketika di ruang tamu, mereka kembali terdiam. Hanya terdengar detak jantung mereka yang senada.
“Ajari aku tugas matematika ya?” tanya Bulan memecahkan keheningan.
“Iya.”
“Sebentar, aku ambil dulu bukunya.”
“Mau minta ajarin yang mana?”
“Ini yang nomer dua, susah. Aku gak bisa.”
“Oh yang ini caranya begini loh…. Ngerti gak?”
“Iya iya…. Jadi begitu yah?”
“Mudahkan?” tanya Bintang jahil.
“Huh dasar!”
“Hahahhaha” mereka tertawa bersama.
“Aku menyukaimu Bulan, sejak lama.” Tiba-tiba Bintang menyatakan perasaannya.
“……………” Bulan diam.
“Aku ingin kamu menjaga perasaanmu untukku sampai saatnya tiba. Aku harap kamu mau, ya Bulan?”
“…………” Bulan  masih terdiam.
“Tidak usah dijawab sekarang, nanti saja kalo kamu sudah siap. Aku pulang dulu ya?”
Bulan hanya mengangguk.
“Assalamualaikum.”
“Wa’alaikum salam.”
………………………
Tidak lama kemudian, ada pesan masuk dari Surya.

“Bulan, kamu tahu Bintang menyukaimu kan? Kamu lebih baik dengannya. Jangan sia-siakan perasaanya. Jangan sia-siakan kesempatanmu untuk bersamanya.”