Sedingin Kutub
Hari begitu
terik, Ibu Dini yang sedang mangisi jam pelajaran terakhir mengajar tentang
kewarganegaraan. Seperti biasa, beliau mengajar dengan sangat serius,tidak ada
canda sedikitpun. Tidak seperti guru-guru yang lain, yang dalam mengajarnya
diselingi dengan bercanda, supaya tidak
ngantuk. Siswa-siswa dikelas rata-rata menguap, akupun merasa ngantuk. Aku
duduk dibangku kelas x, tepatnya aku bersekolah di SMA Negeri 1 Putra Bangsa.
“Aku ingin segera pulang, aku lapar.”
Akhirnya,
bel berbunyi. Kami segera beres-beres dan berdo’a. Perjuanganku belum selesai,
aku masih harus berjalan cukup jauh untuk sampai di rumah. Ketika di perjalanan
pulang, aku serasa berada di gurun pasir. “betapa keringnya tenggorokanku,
perutku pun serasa bergendang ria”ucapku.
Sesampainya
di rumah, aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Ibuku menjawab salamku dan
menghampiriku. Akupun mencium tangannya. Aku segera ganti baju dan makan.
Setelah
makan, aku merapihkan buku-bukuku. Ku keluarkan dari tasku dan aku menyiapkan
buku pelajaran untuk besok. Lalu, aku mengerjakan tugas dan PRku. Hari-hariku
di hiasi dengan tugas dan PR yang silih berganti. Waktuku diisi dengan belajar,
belajar dan belajar. Tidak seperti kebanyakan dari anak seusiaku, mereka sedang
asik-asiknya bermain cinta. Aku merasa aneh dengan diriku. “mengapa aku seperti
ini” aku bertanya-tanya pada hatiku. “Mengapa hatiku dingin bagaikan terpenjara
di kutub “. Begitu dinginnya hatiku, benarkan ada seseorang yang menyukaiku
tapi karena hati ku yang beku ini aku tidak bisa merasakannya.
Hari esok
pun tiba. Saat jam istirahat, tiba-tiba ada keributan. Aku menuju kerumunan
orang-orang di depan kelasku. Ternyata, benar-benar ada sesuatu. Siswa kelas
sebelah menyatakan cintanya pada teman satu kelasku, Dinda. Dinda menerimanya.
Teman-temanku dan termasuk aku mengucakan selamat padanya.
Karena
kejadian itu, aku semakin merasa aneh pada diriku. “apakah psikologisku
bermasalah?” setelah ku renungkan,mungkin aku bisa mengambil sisi baiknya juga.
Belajarku tidak terganggu,dan cinta tidak berasal dari hubungan yang seperti itu
saja. Aku masih bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang yang jauh lebih besar
dari kedua orangtuaku, saudaraku, dan teman-temanku. Mungkin, kelak cintaku
akan datang dengan cara yang indah. Suatu saat nanti di waktu yang tepat.
Karena itu aku selalu berdo’a kepada Allah, untuk menyayangi orang-orang yang
menyayangiku,dan aku pun menyayangi mereka. Lagipula, belum saatnya aku mencari
cintaku. Sekarang, kewajibanku adalah belajar.
“termakasih
ya Allah, engkau telah menjaga hatiku”syukurku. Dengan seperti itu, aku dapat
fokus belajar, dan berusaha meraih cita-cita. Aku pun ingin membahagiakan orang
tuaku, dan aku tidak mau mengacewakan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar