Sabtu, 22 September 2012

cerpen


Sedingin Kutub
Hari begitu terik, Ibu Dini yang sedang mangisi jam pelajaran terakhir mengajar tentang kewarganegaraan. Seperti biasa, beliau mengajar dengan sangat serius,tidak ada canda sedikitpun. Tidak seperti guru-guru yang lain, yang dalam mengajarnya diselingi  dengan bercanda, supaya tidak ngantuk. Siswa-siswa dikelas rata-rata menguap, akupun merasa ngantuk. Aku duduk dibangku kelas x, tepatnya aku bersekolah di SMA Negeri 1 Putra Bangsa. “Aku ingin segera pulang, aku lapar.”
Akhirnya, bel berbunyi. Kami segera beres-beres dan berdo’a. Perjuanganku belum selesai, aku masih harus berjalan cukup jauh untuk sampai di rumah. Ketika di perjalanan pulang, aku serasa berada di gurun pasir. “betapa keringnya tenggorokanku, perutku pun serasa bergendang ria”ucapku.
Sesampainya di rumah, aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Ibuku menjawab salamku dan menghampiriku. Akupun mencium tangannya. Aku segera ganti baju dan makan.
Setelah makan, aku merapihkan buku-bukuku. Ku keluarkan dari tasku dan aku menyiapkan buku pelajaran untuk besok. Lalu, aku mengerjakan tugas dan PRku. Hari-hariku di hiasi dengan tugas dan PR yang silih berganti. Waktuku diisi dengan belajar, belajar dan belajar. Tidak seperti kebanyakan dari anak seusiaku, mereka sedang asik-asiknya bermain cinta. Aku merasa aneh dengan diriku. “mengapa aku seperti ini” aku bertanya-tanya pada hatiku. “Mengapa hatiku dingin bagaikan terpenjara di kutub “. Begitu dinginnya hatiku, benarkan ada seseorang yang menyukaiku tapi karena hati ku yang beku ini aku tidak bisa merasakannya.
Hari esok pun tiba. Saat jam istirahat, tiba-tiba ada keributan. Aku menuju kerumunan orang-orang di depan kelasku. Ternyata, benar-benar ada sesuatu. Siswa kelas sebelah menyatakan cintanya pada teman satu kelasku, Dinda. Dinda menerimanya. Teman-temanku dan termasuk aku mengucakan selamat padanya.
Karena kejadian itu, aku semakin merasa aneh pada diriku. “apakah psikologisku bermasalah?” setelah ku renungkan,mungkin aku bisa mengambil sisi baiknya juga. Belajarku tidak terganggu,dan cinta tidak berasal dari hubungan yang seperti itu saja. Aku masih bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang yang jauh lebih besar dari kedua orangtuaku, saudaraku, dan teman-temanku. Mungkin, kelak cintaku akan datang dengan cara yang indah. Suatu saat nanti di waktu yang tepat. Karena itu aku selalu berdo’a kepada Allah, untuk menyayangi orang-orang yang menyayangiku,dan aku pun menyayangi mereka. Lagipula, belum saatnya aku mencari cintaku. Sekarang, kewajibanku adalah belajar.
“termakasih ya Allah, engkau telah menjaga hatiku”syukurku. Dengan seperti itu, aku dapat fokus belajar, dan berusaha meraih cita-cita. Aku pun ingin membahagiakan orang tuaku, dan aku tidak mau mengacewakan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar