Aku adalah bulan yang
mendambakan matahari. Sinarnya yang hangat membuatku terang di malam hari. Aku
tak bisa berada di sisinya. Bila aku memaksa, aku pudar oleh sinarnya.
Mataharipun sama, ia ingin aku bersamanya. Namun, bagaimana mungkin?
Sampai akhirnya bintang
datang. Dia bersinar bersamaku di waktu malam. Aku yakin dengan berat, bahwa
matahari mempercayakannya untukku. Awalnya aku tak bisa menerima. Aku sengaja
bersembunyi di balik awan. Aku tak mau muncul. Tapi bintang tak pernah kecewa,
ia tak menyerah.
Perlahan hatiku bergeser,
aku keluar dari persembunyianku. Sekarang aku bersama bintang. Bersamanya aku
menghiasi malam. Dan di kejauhan, ada matahari yang selalu bersinar untukku.
Matahari, perhatiannya dalam diam, padaku sang bulan yang kini bersama bintang.
Begitu pilukah kisah ini? Tapi aku tetap mengharapkan kebahagiaan.
…………………….
Bulan
bersinar terang, bulat penuh di malam purnama. Gadis itu terpaku menatap langit
di jendela kamarnya. Bisikan hati menggerakkan
telunjuknya untuk merangkaikan nama sang pujaan hati pada
bintang-bintang.
“S-U-R-Y-A…..”dia
mengeja dengan pasti.
Kemudian,
dia terdiam. Matanya terpejam, dalam lubuk hatinya masih ada setitik harapan.
Tiba-tiba ia tersentak.
“Ada
panggilan masuk.”
Segera
ia meraih hpnya di kasur. Ternyata telepon dari Bintang.
“Assalamualaikum,”
“Wa’alaikum
salam,” jawab Bintang.
“Ada
apa Bintang?”
“Tidak
apa-apa, kamu lagi apa Bulan?”
“Aku
lagi mau tidur nih. Kalo kamu?” jawab Bulan bohong.
“Habis
makan, jam segini kok udah mau tidur? Lagian besok kan hari libur.” Bintang heran.
“Yeey,
gak apa-apa kelez! Kalo udah ngantuk ya gimana lagi? Hahahahahha!” jawabnya
riang.
“Oh
gitu ya? Ya udah, selamat tidur aja! Besok kamu ada acara gak? Aku boleh main
ke rumah gak?” tanya Bintang.
“Iya,
gak ada kok.” jawab Bulan singkat.
“Oke
deh, assalamualaikum.”
“Wa’alaikum
salam,”
“Tut,
tut, tuuut…..” telepon mati.
………………………..
Bintang,
lelaki itu sejak dulu memang selalu perhatian kepada Bulan. Tak seharipun
berlalu tanpa telepon atau sms darinya. Dia selalu ada, dan ketika bulan
bersedih dia selalu ada untuk menghiburnya.
Tetapi
Bulan tak pernah memandangnya, bagi Bulan yang selalu ada dalam matanya adalah
Surya. Surya yang seharusnya membuat bulan bersinar, memberikan bulan cahaya
yang terang dan mengembangkan senyum di wajahnya. Surya justru membuat Bulan
redup, membuat Bulan malu hingga bersembunyi di balik awan, tapi Bulan tetap
menyukainya. Karena Bulan tahu, Surya juga menyukainya.
Namun,
Surya tak mampu menggapai bulan. Bulan
tak mampu bersinar bersama Surya. Mereka tak bisa bersama.
Walaupun
Bulan tahu kenyataannya, Bulan tetap bertahan. Bulan mencoba menggapai Surya.
Berkali-kali dia menyerah dan kemudian berharap lagi. Sakit dan perih
mempertahankan harapan kosong, tanpa menyadari yang selalu ada adalah Bintang.
………………………
“Deg!”
hatinya tersentak.
Bulan
tersadar dari lamunan. Jantungnya deretak kencang seolah ingin menyadarkannya
dari dunia mimpi.
“Bintang….”
ucapnya lirih sembari memegang dada kanannya.
“B-I-N-T-A-N-G!”
kali ini Bulan mengeja bukan Surya lagi. Wajahnya merona.
Bintang-bintang
di langit bersaksi untuk lukisan nama seseorang yang membuat jantung Bulan
bergetar lagi. Akhirnya setelah sekian lama, Bulan mengalihkan pandangannya
kepada Bintang.
Tak
sabar Bulan menunggu hari besok, ia segera tidur. Bulan ingin bertemu
dengannya.
……………………….
Di
pagi yang cerah, Bulan terbangunkan sinar matahari yang mengintip dari jendela
kamarnya. Hangat. Dengan malas dia beranjak dari tempat tidur.
Seperti
biasa, di waktu libur dia membantu ibunya beres-beres rumah.
“Bulan,
sarapan dulu!” perintah Ibu.
“Iya
bu sebentar lagi, aku mau jemur baju dulu.” jawabnya.
Nasi
goreng kesukaan Bulan sudah siap. Setelah selesai menjemur pakaian, Bulan
sarapan bersama Ayah dan Ibunya.
“Ayah
hari ini libur. Nanti ayah mau pergi ke sawah.” kata Ayah.
“Ibu
nanti juga ikut Ayah, kamu jaga rumah ya!” tambah Ibu.
“Iya
bu, nanti Bintang mau main ke rumah. Nanti sekalian aku mau minta diajarin
tugas.”
“Ada
tugas apa Bulan?” tanya Ayah.
“Tugas
matematika yah, ada soal yang lumayan susah.”
“Oh
begitu, habis sarapan Ayah dan Ibu mau berangkat ya?” kata Ayah.
“Iya,
aku juga mau mandi. Takut Bintang ke sini aku masih kucel. Kan malu! hehe”
“Ya
udah, makannya cepet! Terus mandi!” kata Ibu meledek Bulan.
Bulan
hanya tersenyum.
………………………
Ayah
Bulan bekerja sebagai guru SD di kampungnya dan Ibunya adalah seorang guru TK.
Ketika ada waktu luang seperti di hari libur, mereka mengurus sawah mereka.
Karena masyarakat di desa mayoritas menggarap sawah seperti mereka.
………………….
Sekarang
Bulan sudah mandi. Ketika dia sedang menjemur handuk di samping rumahnya, ia
melihat Surya. Bulan merasa aneh. Surya
menyapanya dan Bulan hanya tersenyum.
“Aku
boleh main ke rumah?” tanya Surya.
“…………..”
Bulan diam.
“Boleh
tidak?” tanyanya lagi.
“I…iya,
boleh kok! Haha…” Bulan mencoba untuk bersikap biasa.
“Aneh, ajaib sekali Surya mau main
ke rumah. Dapet keberanian dari Superman kali ya?.” batin
Bulan.
Bulan
mengajak Surya ke ruang tamu dan menyuguhkan teh hangat. Kemudian, Surya
membuka percakapan mereka.
“Maaf
Bulan, bila aku mengganggu waktumu.” kata Surya canggung.
“Tidak
kok.” jawab bulan singkat.
“Aku
senang melihatmu dalam keadaan sehat, dan sepertinya kamu sedang bahagia. Oh
iya, Ayah dan Ibumu kemana?”
“Mereka
sedang pergi ke sawah. Ada apa?”
“Tidak.”
“Maksudku,
ada apa kamu ke rumah?”
“Oh…… jahat sekali aku bertanya
begitu! Aduh, bagaimana ini? Tapi, jantungku kok tidak berdebar seperti biasa,
sikapku juga cukup tenang. Aku tidak lagi salting. Tapi di mataku dia masih
terlihat istimewa.” Batin Bulan.
“Aku
hanya ingin bersilaturahmi denganmu sebagai seorang sahabat.”
Hati
Bulan tersentak mendengar ucapan darinya.
“Drrrrrrrtt
ddddrrrrrrttt drrtt……” Hp Bulan bergetar.
“Bintang….”
Ucap Bulan lirih.
“Bintang, aku hampir lupa kalo dia
mau main ke rumah.” Batinnya.
“Assalamualaikum….”
Suara Bintang di telepon.
“Waalaikum
salam….”
“Sekarang
aku ke rumahmu ya?”
“………..”
Bulan diam.
“Halo
bulan? Aku ke rumahmu sekarang ya?” Tanya Bintang lagi.
“Iya….”
“Ya,
aku ke sana.”
“tut
tuut tuuuut……….”
Bulan
diam, dia menatap Surya.
“Bintang?
Ada apa?” tanya Surya bingung.
“Dia
mau ke sini.”
“Bintang
mau ke sini? Kalo begitu aku pulang dulu.” kata Surya.
“Kenapa?
Kamu tiba-tiba mau pulang? Tunggu Bintang dulu, sebentar lagi dia datang.”
“Maaf,
aku lupa kalo aku harus menjemput Kakakku di terminal. Sebentar lagi dia
sampai.” jelas Surya.
“Oh
begitu…”
“Aku
pulang dulu ya… Assalamualaikum.”
“Wa’alaikum
salam.”
Ketika
Surya keluar dari pintu, Bintang sudah ada di depan rumah Bulan. Bintang
menatap Surya, Surya menatap Bintang, Bulan menatap mereka. Semuanya terdiam.
Kemudian
Surya tersenyum kepada Bintang dan melangkah pergi. Bintang pun membalas
senyumanya. Sekarang hanya ada suasana canggung antara Bulan dan Bintang.
Mereka masih terdiam.
“Ayo
masuk!” ajak Bulan.
Ketika
di ruang tamu, mereka kembali terdiam. Hanya terdengar detak jantung mereka
yang senada.
“Ajari
aku tugas matematika ya?” tanya Bulan memecahkan keheningan.
“Iya.”
“Sebentar,
aku ambil dulu bukunya.”
“Mau
minta ajarin yang mana?”
“Ini
yang nomer dua, susah. Aku gak bisa.”
“Oh
yang ini caranya begini loh…. Ngerti gak?”
“Iya
iya…. Jadi begitu yah?”
“Mudahkan?”
tanya Bintang jahil.
“Huh
dasar!”
“Hahahhaha”
mereka tertawa bersama.
“Aku
menyukaimu Bulan, sejak lama.” Tiba-tiba Bintang menyatakan perasaannya.
“……………”
Bulan diam.
“Aku
ingin kamu menjaga perasaanmu untukku sampai saatnya tiba. Aku harap kamu mau,
ya Bulan?”
“…………”
Bulan masih terdiam.
“Tidak
usah dijawab sekarang, nanti saja kalo kamu sudah siap. Aku pulang dulu ya?”
Bulan
hanya mengangguk.
“Assalamualaikum.”
“Wa’alaikum
salam.”
………………………
Tidak
lama kemudian, ada pesan masuk dari Surya.
“Bulan, kamu tahu Bintang
menyukaimu kan? Kamu lebih baik dengannya. Jangan sia-siakan perasaanya. Jangan
sia-siakan kesempatanmu untuk bersamanya.”